FAQ PERIKANAN
Penyakit
infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau hama dapat ditanggulangi
dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan
yang biasa digunakan adalah benzalkonium chloride, chlorine, formaldehyde, dan
iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting dan
harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti obatnya
(with drawal time). Pemberian TON baik sebelum maupun selama budidaya
berlangsung akan membantu mengurangi resiko pertumbuhan jamur di air kolam
Untuk
budidaya rumput laut di lepas pantai, aplikasi produk NASA yang bisa dilakukan
adalah dengan perendaman bibit sebelum ditanam. Produk NASA yang bisa dipakai
adalah POC NASA dan HORMONIK, dengan dosis ? botol POC NASA dan ? botol
HORMONIK dilarutkan dalam 100 liter air, kemudian larutan tersebut dipakai
untuk merendam bibit selama 4 jam. Setelah direndam bibit bisa disemai di
persemaian.
Jumlah
pakan ikan per hari secara teknis adalah 3% dari bobot total ikan
(biomas) yang ada di kolam pada saat itu. Sebagai contoh jika jumlah bibit ikan
yang ditebar 10.000 dengan bobot rata-rata 100 gram, dengan asumsi tingkat
kehidupan 80%, maka jumlah pakan yang diperlukan per hari adalah :
1. Jumlah ikan
&n
bsp; = 80% X
10.000 = 8.000 ekor
2. Berat ikan di kolam (biomas)
= 8.000 X
0.1
= 800 kg
3. Jumlah pakan
&n
bsp;
= 3% X 800
= 24 kg per hari
Dalam prakteknya, jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan
kemampuan makan ikan pada saat itu. Untuk pakan yang tenggelam harus dicek
dengan anco (semacam ayakan). Caranya dengan menaruh kira-kira 10% dari pakan
yang ditebarkan dalam anco tersebut, dalam waktu tertentu anco diangkat. Jika
pakan dalam anco habis, berarti jumlah pakan yang ditebarkan sesuai dengan
kemampuan makan ikan, namun jika masih sisa maka pakan yang ditebarkan terlalu
banyak sehingga perlu dikurangi. Untuk pakan terapung pengamatan akan lebih
mudah dengan melihat respon ikan terhadap pakan yang ditebar.
Kepadatan
tebar lele yang ideal sebenarnya bervariasi antara 100 sampai 150 ekor per
meter persegi. Jika terlalu jarang maka akan tercipta ruang gerak yang terlalu
lebar, sehingga ikan akan lebih banyak bergerak yang akan menggunakan energy
dari pakan. Hal ini tentu akan mengurangi nutrisi pakan untuk pembentukan
daging. Jika terlalu padat, efeknya adalah resiko kanibalisme dan pertumbuhan
yang tidak rata (variasi).
Kanibal
pada lele disebabkan oleh dua hal, yaitu pakan yang kurang atau padat tebar
yang terlalu tinggi. Sehingga untuk mengatasinya harus disesuaikan dengan
penyebabnya tersebut. Jika kurang pakan yang maka pakan harus ditambah sampai
maksimal 2,5% dari berat badan per hari. Atau secara mudahnya dengan melihat
respon ikan terhadap pakan yang kita tebarkan. Jika terlalu padat (lebih dari
150 ekor per meter persegi) maka harus dikurangi dengan menempatkan lele yang
berkukuran sama.
Penyakit
infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau jamur dapat ditanggulangi
dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan
yang biasa digunakan adalah benzalkonium chloride, chlorine, formaldehyde, dan
iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting
dan harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti
obatnya (with drawal time).
Budidaya
lele dapat digolongkan menjadi beberapa tahap yaitu tahap pembenihan, tahap
pendederan dan tahap pembesaran yang masing-masing punya resiko dan keuntungan
sendiri. Tahap pembenihan mempunyai resiko dan tingkat kesulitan yang besar
namun juga menjanjikan keuntungan yang besar pula. Tahap pendederan punya
resiko dan kesulitan sedang, namun keuntungan juga sedang-sedang saja. Tahap
pembesaran punya kesulitan dan resiko besar namun tingkat keuntungan relatif
kecil.
Pemberian
kapur yang wajib dilakukan adalah setelah panen pada saat persiapan lahan untuk
budidaya berikutnya. Kapur yang bagus diberikan adalah Dolomit dan Zeolit,
karena disamping mengandung unsur Ca untuk menetralkan pH, namun juga
mengandung unsure lain yang bermanfaat bagi lingkungan tambak. Dosis pemberian
kapur adalah 1 ton per hektar atau menyesuaikan dengan pH setempat. Pengapuran
selanjutnya dilakukan selama budidaya berlangsung tiap memasukkan air baru atau
pada saat kualitas air jelek.
Kematian
pada umur muda disebabkan tambak sudah tidak mampu lagi menyangga kehidupan di
atasnya. Hal itu disebabkan oleh banyak factor, bisa dari pencemaran industry,
penumpukan berbagai senyawa beracun sisa budidaya, kerusakan tanah dan
lain-lain. Cara mengatasi adalah dengan melakukan teknik budidaya yang benar,
yaitu dilakukan pembuangan lumpur hitam, pembalikan tanah, pengapuran dan
pemupukan. Teknologi TON dari NASA sangat berperan dalam hal itu, yang dapat
diaplikasikan pada tahap pemupukan tersebut. Pada tambak-tambak yang
menggunakan teknik budidaya yang benar ditambah dengan perlakuan TON ternyata
mampu tetap subur dan bisa digunakan untuk budidaya sampai sekarang.
Kolam
yang berbusa disebabkan oleh oleh bebarapa sebabm yaitu matinya plankton dalam
waktu bersamaan dalam jumlah besar dan penumpukan bahan organic yang terlalu
tinggi. Cara mengatasinya dengan pembuangan lumpur hitam pada waktu selesai
panen, selama budidaya diatasi dengan penaburan kapur dolomite atau zeolit
secara teratur. Perlakuan TON selama budidaya juga dapat mengatasi persoalan
tersebut, oleh karena itu TON perlu diaplikasikan selama budidaya berlangsung.
Produk
NASA untuk perikanan berupa VITERNA, POC NASA dan HORMONIK adalah bahan organic
murni dan bersifat seperti pakan biasa, sehingga aplikasinya bisa dicampur
dengan antibiotic dan vaksin.
Penyakit
bintik putih pada udang windu adalah penyakit karena serangan virus SEMBV
(Systemic Ectodermal Mesodermal Baculovirus), yang mengakibatkan penyakit
penurunan daya tahan tubuh udang sehingga udang mudah sekali sakit dan mati.
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Yang
dapat kita lakukan adalah mencegah virus tersebut masuk ke kolam budidaya kita.
Caranya dengan mencegah masuknya hewan pembawa (carrier) kepiting, udang liar
masuk ke kolam budidaya kita. Produk NASA baik TON maupun VITERNA atau POC NASA
memang bukan obat, tetapi mampu mengurani efek serangan virus tersebut dengan
meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Udang
windu stress banyak sebabnya, bisa karena kurang pakan, karena perubahan
kualitas air, bisa karena cuaca yang kurang baik dan sebagainya. Sehingga cara
mengatasinya juga harus sesuai dengan penyebabnya. Namun demikian kita bisa
membuat udang mempunyai daya tahan yang tinggi dengan memberi pakan yang cukup
dan berkualitas. Produk NASA baik TON maupun VITERNA atau POC NASA mampu
meningkatkan daya tahan dari segi kualias air yang baik dan konsumsi nutrisi
yang berkualitas.
Hasil
aplikasi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan produk NASA mampu
meningkatkan hasil panen walaupun hanya menggunakan pakan buatan sendiri atau
pakan yang harganya rendah. Hal itu bisa tercapai karena produk NASA menambah
kandungan nutrisi di pakan yang diberikan. Akan tetapi jika menggunakan pakan
yang lebih bagus, maka hasilnya juga jauh lebih baik, karena disamping menambah
kandungan pakan, produk NASA juga berfungsi meningkatkan efisiensi penggunakan
zat gizi di pakan.
Jika
tidak bisa dikeringkan, maka tanah dasar kolam akan menjadi lebih asam. Hal itu
tentu akan sangat merugikan bagi ikan maupun udang yang dipelihara. Cara
mengatasinya adalah dengan pemberian kapur dolomite atau zeolit dengan dosis
yang disesuaikan dengan keasamannya. Pemberian TON secara kontinyu dapat mengurangi
kadar keasaman tersebut, namun akan lebih efektif jika tetap digunakan kapur
seperti di atas.
VITERNA
adalah bahan organic murni, sehingga sebenarnya tidak ada kata over dosis
karena prinsip kerja VITERNA seperti pakan biasa. Banyak pengguna yang juga
memakai dosis tersebut dan tidak terjadi masalah pada ikannya
Pada
kolam semen atau terpal, maka tidak diperlukan pengolahan lahan seperti di
lahan tanah, oleh karena itu perlakuan TON hanya dilakukan setelah isi air.
Perlakuan pertama yaitu setelah pembersihan selesai dilakukan, isi kolam diisi
air setinggi 20 cm, tebarkan/siramkan TON dengan dosis 1 kg per hektar (satu
sendok makan penuh per 100 m2), setelah itu air dibiarkan selama 3 hari,
setelah itu diisi penuh untuk keperluan budidaya. Perlakuan berikutnya
dilakukan setelah ikan berumur 15 hari dengan dosis yang sama dan diulang
setiap 15 hari untuk menjaga kualitas air kolam budidaya.
Sifat air
hujan yang kurang baik bagi kehidupan ikan adalah keasaman yang agak tinggi
yang bisa meningkatkan resiko tumbuhnya jamur dan bibit penyakit lain. Untuk
mengatasinya adalah dengan cara pembuangan air bagian atas kolam kira-kira
setinggi 10 ? 20 cm. Agar keasamannya netral, beri kapur dolomite atau zeolit
dengan dosis 500 kg perhektar.
Jika
menggunakan ketiga produk tersebut, cara pencampurannya adalah : VITERNA dan
POC NASA masing-masing satu botol dicampur menjadi satu, kemudian campuran
tersebut ditambah dengan 1 - 2 tutup botol HORMONIK. Sedangkan dosis penggunaannya
sama saja untuk semua jenis ikan maupun udang, yaitu 1 tutup botol campuran
tersebut ditambah dengan 0,5 sampai 1 liter air yang kemudian dicampur dengan 2
? 3 kg pakan ikan.
TON tetap
bisa diberikan walaupun sudah ada ikannya. Aplikasi dengan dilarutkan dahulu
kemudian disiramkan ke air kolam, dengan dosis 1 kg per hektar tiap 15 hari
sekali. Fungsi perlakuan pada tahap ini adalah untuk mempertahankan kualitas
air agar tetap bagus selama budidaya berlangsung.
Aplikasi
pada saat Persiapan Kolam/sebelum isi air
· Dosis
; 2,5 kg ( 10 botol ukuran 250 g)
· Aplikasi TON yang pertama
dilakukan di tanah dasar kolam/tambak pada saat pengeringan setelah dipanen. TON
berbentuk Granule atau butiran-butiran kecil sehingga aplikasinya dengan
cara ditabur ke tanah secara merata, atau bisa dilarutkan dulu baru kemudian
disiramkan merata ke tanah dasar kolam.
· Aplikasi TON dilakukan sebelum
dilakukan pengapuran. Menurut teknis yang benar, setelah diaplikasikan TON kemudian
dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit dengan dosis 1 ton per hektar (100 kg
per 1000 m2) atau sesuai dengan pH aktual, setelah itu kolam dibiarkan 2-3
hari, kemudian air dimasukkan setinggi mata kaki dahulu,
biarkan selama 3 hari untuk TON bekerja, baru
kemudian air dimasukkan sampai penuh (kedalaman 100 – 120 cm).
· Fungsi aplikasi TON pada
saat pengeringan ini adalah untuk menetralkan berbagai gas dan senyawa beracun
sisa pembusukan bahan organik yang dihasilkan oleh budidaya sebelumnya yaitu
amoniak dan H2S.
· Selain sebagai penetral senyawa
atau gas beracun tersebut, TON juga berfungsi menumbuhkan plankton yang
berguna sebagai pakan alami ikan/udang.
Aplikasi selama budidaya belangsung.
· Selama
budidaya berlangsung, TON juga harus diberikan secara periodic (rutin)
ke air kolam atau tambak.
· TON ditaburkan/disiramkan
ke air kolam tiap 15 sampai 20 hari sekali.
· Dosis : 500 g (2 botol) tiap kali
aplikasi.
· Siramkan atau taburkan merata ke
air kolam.
· Fungsinya terutama untuk
mempertahankan kualitas air agar tidak terlalu menurun secara drastis karena
pembentukan senyawa atau gas yang beracun tadi. Selain itu TON juga
berfungsi menumbuhkan dan menyuburkan plankton yang baru sehingga ketersediaan
plankton di tambak selalu terjaga.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !